PURWOKERTO – Mahasiswa Sastra Inggris Unsoed angkatan 2017 kelas A dan B unjuk kebolehan dengan menampilkan dua drama berbahasa Inggris. “Djaka Mruyung; the Lost Boy” dan “Kamandaka” dipentaskan hari Jumat malam (12/7/19) dan Minggu malam (14/7/19) lalu di Aula B105, Kampus Fakultas Ilmu Budaya Unsoed. Pementasan tersebut merupakan bagian dari matakuliah Drama untuk mahasiswa Sastra Inggris semester 4.
Taufiqurrohman M.Hum (Taufiq), salah satu dosen pengampu MK Drama menjelaskan bahwa di paruh awal semester kuliah difokuskan pada analisis drama, sedangkan paruh berikutnya pada aspek pertunjukan. Jadi pemahaman seluk-beluk drama bukan sekedar dari teori atau pengamatan saja, tetapi juga pengalaman. Menurut Taufiq, banyak manfaat dari pementasan ini. “Mahasiswa bisa belajar proses produksi dan bagaimana bekerjasama”, katanya. Semua aspek produksi mulai dari skenario, setting, lighting, pemain, kostum, penyutradaraan dan sebagainya memang dilakukan sendiri oleh tim mahasiswa, sedangkan dosen dan mahasiswa senior hanya membantu dalam persiapan.
Meskipun menggunakan media bahasa internasional, skenario “Djaka Mruyung The Lost Boy” dan “Kamandaka” dikembangkan dari cerita lokal Babad Ajibarang dan Babad Pasirluhur. Taufiq menjelaskan, pemilihan tema rakyat adalah untuk melestarikan kearifan lokal. Kesederhanaan, keberanian membela kebenaran, jiwa ksatria, ketulusan cinta, persaudaraan dan persahabatan menjadi nilai-nilai yang ditonjolkan dalam kedua drama. Justru disinilah keunikannya karena muatan lokal ditampilkan melalui media bahasa yang universal. Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan dimasa depan mahasiswa juga mengangkat tema-tema kontemporer yang sesuai dengan permasalahan aktual yang mereka hadapi.
Pementasan berjalan sukses dan mendapat sambutan meriah dari penonton yang mayoritas adalah mahasiswa Unsoed. “Sangat kreatif, menghibur dan mempesona”, kesan Taufiq tentang penampilan anak didiknya. Dosen pengampu lainnya, Ambhita Dhyan M.Hum. juga memberikan pujian. “Lucu, disisipi dengan sedikit bumbu komedi di sana-sini, nilai lokalnya tak pudar, bahkan kian kreatif dan menghibur,” tutur bu dosen yang pernah aktif di teater ini.
Kedua pengampu berharap bahwa pementasan drama berbahasa Inggris ini menjadi sebuah tradisi prodi Sasing yang memberi wadah mahasiswa untuk berkreasi, bekerjasama sekaligus memberikan hiburan yang berkualitas bagi masyarakat di lingkungan Unsoed. (RPJ)