Dalam kolom Bincang Mahasiswa kali ini, Prodi S1 Sastra Jepang berkesempatan mewawancarai dua sahabat yang sama-sama berkesempatan magang di Jepang. Yuk, Simak wawancara seru dengan mereka berikut ini

 

Nwu:
Boleh dong kenalan dulu nama, Angkatan berapa?
Aqil:
Perkenalkan, nama saya Naufal Aqil, biasa dipanggil Aqil dari Angkatan 2019.
Imam:
Perkenalkan, nama saya Imam Prasetya, angkatan 2019.

 

NWU:
Sekarang kalian semester berapa?
Aqil:
Sekarang semester 10. Sama kayak Imam.

 

NWU:
Loh, kok bisa sampai semester 10?
Aqil:
Kalau saya, setelah seminar proposal, Alhamdulillah, meskipun angkatan covid, akhirnya dapat kesempatan magang di Jepang selama 3 bulan.
Iman:
Sama. Kalau saya juga ikut MBKM magang ke Jepang selama 6 bulan.

 

NWU:
Oh, jadi karena diberi kesempatan prodi bagi angkatan 2019 yang waktu itu sempat tidak bisa ke Jepang karena lockdown Covid untuk MBKM di Jepang, ya?
Aqil&Imam:
Betul, sensei.

 

NWU:
Kalian penempatan magangnya berbeda, ya?
Imam:
Beda, sensei. Kalau saya di Hokkaido.
Aqil:
Saya di Tokyo.
Imam:
Enak, ya. Tokyo rame. Hokkaido sepi, sensei.

 

NWU:
Sepi bagaimana, nih?
Imam:
Kebetulan penempatan saya di daerah Hokkaido Timur, namanya daerah Ishikaga. Nah, itu konbini pun hanya ada 1 sensei.
NWU:
Ada warung, gitu, engga? Kalau di Indonesia, kan, jalan 2 meter, nemu warung, ya?
Imam:
Tidak, sensei. Malah tetangga saja jauh-jauhan rumahnya, sensei.
NWU:
Kalau di daerah magangnya Aqil bagaimana?
Aqil:
Kalau saya, kan, karena memang di pusat kotanya Tokyo-nya, sensei. Jadi sampai malam pun masih rame.

 

NWU:
Tolong ceritain, dong, bagaimana prosesnya sampai kalian yang angkatan Covid bisa dapat kesempatan magang ke Jepang.
Imam:
Kalau saya sensei, saya lumayan daftar program magang. Kalau tidak salah, Plando ini usaha saya yang ke-3. Ada banyak program yang saya daftar, tapi lolosnya di PLANDO. Waktu itu ada informasi dari Amar-sensei.
Saya beranikan diri mendaftar lagi. Lalu ada proses interview sama orang Indoesia yang ada di Jepang.
NWU:
Susah tidak interviewnya?
Imam:
Interviewnya memang pakai bahasa Jepang, sensei. Pertanyaanya masih sehari-hari. Dan karena sebelumnya saya sudah persiapan dan latihan interview jadinya aman sensei.
NWU:
Wow, berarti bukan yang tanpa persiapan begitu, ya?
Imam:
Iya, sensei. Tetap perlu persiapan, karena saya kan ingin sekali lolos, sensei.
NWU:
Kapan tuh intervienya?
Imam:
Interviewnya, November awal, sensei.Berangkatnya April, sensei.
NWU:
Pas musim semi, dong, ya? Masih sempat nemuin salju, enggak?
Imam:
Sempat, sensei. Musim semi padahal, sensei. Waktu itu saya sempat jalan-jalan ke daerah atas, sensei. Dianterin jalan-jalan ke sana sama teman orang Jepang. Nah, selesai jalan-jalan itu, tiba-tiba turun salju, sensei.
NWU:
Wow, pengalaman tak terlupakan banget iu, ya?
Imam:
Iya, sensei. Hatsuyuki (salju pertama) saya, sensei.

 

NWU:
Nah, kalau Aqil, bagaimana nih, ceritanya sampai bisa ke Jepang?
Aqil:
Kalau saya, dari Prodi sendiri kan, banyak program magang ke Jepang, mulai dari OSIP, PLANDO. Saya pernah dafar OSIP, tapi gagal. Setelah itu ada lagi program magang singkat 3 bulan. Alhamdulillah keterima. Awalnya penempatan saya di Miyakojima. Tapi berubah penempatan jadi di Haneda, Tokyo. Jadi, Alhamdulillah dapat Tokyo.
NWU:
Waaah, luar biasa mantap, ya. Berangkat, kapan tuh?
Aqil:
Agustus, sensei. Pas musim panas.
NWU:
Gimana rasanya magang di Bandara Haneda?
Aqil:
Karena kloter saya adalah kloter yang pertama magang di Bandara, Alhamdulillah tempat magangnya bersahabat. Karena banyak juga pemagang asing, jadi komunikasi pun bisa pakai bahasa Inggris. Tidak yang terlalu terkendala banyak, sensei.

 

NWU:
Kalau Imam, gimana rasanya magang di Ryoka atau Hotel?
Imam:
Saya di Hotel. Penempatan saya shift di 2 bagian. Di kitchen sama front desk. Paling capek di Kitchen.
NWU:
Kalian sempat jalan-jalan nggak sih? Apa full magang?
Aqil & Imam:
Sempat, dong, sensei.

 

NWU: Jalan-jalan ke mana aja, nih, kalian?

Aqil:
Saya ke Odaiba …
NWU:
Eaaa, pasti mau lihat Gundam.
Aqil:
Iya, sensei. Terus, ke Asakusa, Kamakura, Tokyo Tower.
NWU:
Sempat naik Tokyo Tower?
Aqil:
Sempat, sensei. Tapi tidak sampai atas.
NWU:
Banyak juga ya, Aqil, jalan-jalannya. Cuma 3 bulan tapi sudah ke mana-mana.
Aqil:
Iya, sensei. Hahaha. Lumayan, karena jadwal kerjanya juga tidak terlalu ketat.
NWU:
Kalau Imam ke mana aja, nih?
Imam:
Kalau jalan-jalan, pas akhir mau pulang dapat liburan 4 hari, saya ke Tokyo, sensei.
NWU:
Wah, ketemu Aqil, dong.
Imam:
Saya nginapnya di apartemennya Aqil, sensei.
NWU:
Wow, mantap. Diajak ke mana aja, nih sama Aqil?
Imam:
Ke Kamakura, sensei. Karena waktunya sempit, sensei, jadi belum sempat ke Tokyo Tower.

NWU:
Aduh, nanti setelah lulus, dapat kerja di Jepang, main-mainlah ke Tokyo Tower.

[Bersambung part2]