Purwokerto (13/06), dalam rangka pelestarian seni dan budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman (FIB UNSOED) melalui Laboratorium Seni dan Pertunjukan mengadakan kegiatan Seminar dalam Jaringan (Sedaring) Pawiyatan Seri 1 dengan tajuk Emansipasi Wanita dalam Seni Pertunjukan Wayang Kulit Purwa di Era Digital. Kegiatan sedaring ini dilaksanakan pada hari Selasa 13 Juni 2023. Sedaring pawiyatan adalah program rutin yang akan dilaksanakan oleh Laboratorium Seni dan Pertunjukan. Pawiyatan sendiri diambil dari bahasa Indonesia. Menurut Kepala Laboratorium Seni dan Pertunjukan, Exwan Andriyan Verrysaputro, nama Pawiyatan diambil dari bahasa Jawa. Dalam sambutan laporan kegiatan Exwan menuturkan bahwa Pawiyatan berarti Pendidikan atau taman pembelajaran.

“ Sedaring Pawiyatan adalah kegiatan yang akan kami lakukan untuk mewadahi kegiatan Pendidikan dan pembelajaran dalam bidang seni dan pertunjukan. Pawiyatan kami ambil dari bahasa Jawa yang berarti Taman Pembelajaran atau Pendiidkan. Sehingga kami berharap agar kegiatan sedaring yang akan kami adakan rutin dapat memberikan manfaat untuk mengedukasi peserta dalam hal seni dan pertunjukan. ” Tutur Exwan

Kegiatan Sedaring Pawiyatan ini dibuka pukul 15.30 WIB oleh dekan Fakultas Ilmu Budaya Unsoed, yakni Ibu Dr. Ely Triasih Rahayu, S.S., M.Hum. Lewat sambutan pembukaannya, dekan menyampaikan bahwa Fakultas Ilmu Budaya tengah menyiapkan diri menjadi tempat untuk melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya Jawa.

“Saya sangat bangga dengan peserta pada kegiatan sedaring pawiyatan seri 1 ini. Kami dari Fakultas Ilmu Budaya siap menjadi tempat untuk berkolaborasi dalam rangka pelestarian dan pengembangan potensi-potensi seni pertunjukan dan budaya tradisional” Tutur Ely saat membuka kegiatan sedaring.

Terdapat 93 pendaftar sedaring pawiyatan seri satu ini. Hal ini menunjukan bahwa banyak usia muda yang menaruh perhatian pada kelestarian wayang kulit purwa. Dalam kesempatan baik ini turut hadir dua narasumber wanita yang sampai saat ini masih terus berupaya melestarikan dan mengembangkan wayang kulit purwa. Kedua narasumber tersebut adalah Ni Rizki Rahma Nurwahyuni dan Ni Bernadetha Astri Putri. Ni Rizki Rahm Nurwahyuni adalah Diajeng Berbakat DIY tahun 2018 sekaligus Runner Up I pada pemilihan Putri Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ni Rahma menuturkan bahwa mulai menyukai dan berlatih melakonkan wayang sejak di bangku kelas dua Sekolah Dasar. Hingga kini sering diminta mengisi kegiatan budaya di Yogyakarta.

“Saya mulai suka dan berlatih memainkan wayang sejak usia kelas dua SD. Sejak usia tersebut saya berlatih bersana orang tua yang juga dalang di Yogyakarta. Meskipun saya tidak mengambil Pendidikan formal pedalangan,  saya lulusan Pendidikan Kimia tidak menyurutkan Langkah saya untuk terus berlatih memainkan wayang” ujar Ni Rahma saat berkesempatan memaparkan materi pada sedaring Pawiyatan sore itu.

Hadir juga narasumber kedua yakni dalang putri dari Sleman, yakni Ni Bernadetha Astri Putri. Ni Astri merupakan dalang putri yang sangat banyak menorehkan prestasi. Pada tahun 2023 ini telah menang sebagai juara I dalang remaja. Dalam paparannya Ni Astri menyampaikan bahwa dia sangat gemar dengan tokoh Rahwana. Hal ini karena Rahwana adalah salah satu tokoh yang setia dan kuat. Terlepas dari penilaian masyarakat tentang tokoh ini sebagai tokoh yang kejam dan semena-mena.

“Saya sangat kagum dengan tokoh Rahwana. Meskipun banyak orang yang mengenal tokoh Rahwana ini adalah tokoh yang kejam dan tamak. Tokoh ini menjadi insiprasi saya untuk terus berusaha menjadi orang yang kuat dan gigih dalam menjaga kelestarian seni pedalangan” Tutur Ni Astri penuh semangat.

Kegiatan sedaring pawiyatan dilaksanakan oleh Laboratorium Seni dan pertunjukan secara online melaui aplikasi Zoom Meet. Selain mendapat ilmu dan pengalaman yang bermanfaat dari narasumber, peserta dalam kegiatan seminar tersebut akan mendapat sertifikat sebagai bukti keikutsertaanya.  Kegiatan sedaring pawiyatan tersebut berkahir pada pukul 17.30 WIB.  Kegiatan ini mendapatkan tanggapan positif dari peserta yang menyampaikan saran agar kegiatan serupa dapat dilakukan scara luring. Sehingga dapat menyaksikan secara langsung bentuk-bentuk pertunjukan di Fakultas Ilmu Budaya Unsoed.